Tim peneliti dari University of
Georgia berhasil mengembangkan cara baru memanfaatkan karbon dioksida di
atmosfer dan mengubahnya menjadi bahan bakar dan produk lain yang bermanfaat.
"Pada dasarnya, yang kami lakukan adalah menciptakan
mikroorganisme yang mengubah karbon dioksida persis seperti bagaimana tumbuhan
melakukannya, menyerapnya, dan menghasilkan sesuatu yang berharga," kata
Michael Adams dari Bioenergy Systems Research Institute University of Georgia.
Tumbuhan seperti diketahui mengubah karbon dioksida menjadi
glukosa dengan bantuan sinar Matahari dan air. Glukosa tersebut bisa diproses
menjadi etanol lewat fermentasi. Namun, proses secara langsung sulit sebab
glukosa tersembunyi pada bagian dalam tumbuhan.
"Penemuan ini berarti kita berupaya menghilangkan
tumbuhan sebagai pihak tengah," ungkap Adams yang telah memublikasikan
hasil penelitiannya di Proceedings of the National Academies of Sciences,
Senin (25/3/2013).
"(Dengan metode ini) kita dapat mengambil karbon
dioksida langsung dari atmosfer dan mengubahnya menjadi produk lain seperti
bahan bakar dan bahan kimia tanpa harus melewati proses yang tidak efisien
seperti menumbuhkan tanaman dan ekstraksi karbon dioksida dari biomassa,"
katanya.
Tim peneliti merekayasa materi genetik mikroorganisme
pemakan karbohidrat, Pyrococcus furious, yang tumbuh subur di laut
dalam, dekat ventilasi hidrotermal. Mikroba itu dibuat mampu mengonsumsi karbon
dioksida pada lingkungan dengan suhu yang jauh lebih rendah.
Setelah berhasil membuat strain baru dari bakteri tersebut,
peneliti menggunakan gas hidrogen untuk menghasilkan reaksi kimia di dalam
tubuh mikroorganisme yang akan menggabungkan hidrogen dengan karbon dioksida
menjadi asam 3-hydroxypropionic yang digunakan industri kimia secara
umum untuk membuat akrilik dan produk lainnya.
Dengan melakukan rekayasa genetika pada strain baru P
furiosus, peneliti dapat membuat versi baru dari mikroorganisme hasil
rekayasa tersebut yang akan mampu memanfaatkan karbon dioksida menjadi produk
industri lainnya, termasuk bahan bakar (fuel).
Adams menambahkan, proses ini adalah langkah pertama yang
sangat penting dan menjanjikan guna pengembangan metode produksi bahan bakar
yang efisien dan bisa mengefektifkan biaya.
"Ke depannya, kami akan mengembangkan prosesnya dan
mulai mencobanya pada skala yang lebih besar," katanya seperti dikutip Physorg,
Selasa (26/3/2013).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar